KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul ”Filsafat Idealisme”.
Makalah ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas
pada mata kuliah Filsafat Ilmu, di samping sebagai salah satu keterlibatan
penulis dalam pelajaran filsafat yaitu menyediakan bahan perkuliahan. Makalah
ini berisi tentang pengertian filsafat idealisme, aliran dalam filsafat
idealisme, tokoh-tokoh filsafat idealisme, dan filsafat idealisme dalam
pendidikan yang bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau
pengetahuan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophos”, philo
berarti cinta dan sophos berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat adalah cinta
kebijaksanaan atau kebenaran. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah
seorang pencinta kebijaksanaan. Filsafat sering pula diartikan sebagai
pandangan hidup. Filsafat merupakan induk atau sumber dari segala ilmu karena
filsafat mencakup segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Sesuai dengan pengertian di atas maka kita selaku
masyarakat ilmiah harus berfilsafat. Berfilsafat tidak sama dengan berpikir.
Orang yang berpikir belum tentu berfilsafat, tetapi orang yang berfilsafat
sudah pasti berpikir. Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang disertai
dengan analisis menggunakan rasio dalam menemukan sebuah kebenaran sedangkan
berpikir hanya merupakan kegiatan memikirkan hal-hal tertentu yang belum tentu
berakhir dengan penemuan sebuah kebenaran.
Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran seseorang atau
beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan
suatu masalah terdapat perbedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini
melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang
dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor lain
seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan
alam pikiran manusia di suatu tempat. Ajaran filsafat yang berbeda-beda tersebut,
oleh para peneliti disusun dalam suatu sistematika dengan kategori tertentu,
sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari sinilah kemudian lahir apa yang disebut
aliran filsafat. Aliran-aliran tersebut antara lain adalah aliran materialisme,
yang mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan termasuk makhluk hidup dan
manusia ialah materi. Aliran idealisme/ spritualisme, yang mengajarkan bahwa
ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Dan
aliran realisme yang menggambarkan bahwa ajaran materialis dan idealisme yang
bertentangn itu, tidak sesuai dengan kenyataan. Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan
bukanlah benda (materi) semata-mata. Realitas adalah perpaduan benda materi dan
jasmaniah dengan yang nonmateri (spiritual, jiwa, dan rohani).
Perbedaan dari berbagai aliran tersebut jangan dijadikan
sebagai objek pertikaian atas kesalahpahaman tetapi dapat kita jadikan sebagai
pilihan dalam menyikapi berbagai permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan.
Kebijaksanaan kitalah yang kembali mengambil tindakan dalam memanfaatkan
aliran-aliran tersebut sesuai dengan fungsi dan tujannya masing-masing. Oleh
karena perbedaan tersebutlah maka penulis membuat makalah ini yang membahas
uraian mengenai salah satu aliran filsafat, yaitu filsafat idealisme.
2. Identifikasi Masalah
Dari
latar belakang di atas maka dapat dituliskan beberapa masalah yang
diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:
a.
Apakah
pengertian filsafat?
b.
Apakah
pengertian filsafat materialisme?
c.
Apakah
pengertian filsafat realisme?
d.
Apakah
pengertian filsafat idealisme?
e.
Apakah
pengertian filsafat eksistensialisme?
f.
Bagaimana
hubungan antara aliran-aliran filsafat tersebut?
g.
Apa
manfaat dari mempelajari filsafat?
h.
dan
lain-lain.
3. Batasan Masalah
Penulis membatasi pembahasan dalam makalah ini yaitu pada
filsafat idealisme. Tujuan pembatasan ini adalah agar pembahasan tidak terlalu
mengambang dan pembahasan materi lain yang bersangkutan tidak terlalu mendalam.
4. Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan batasan masalah di atas maka
masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah pengertian filsafat idealisme?
b. Adakah pembagian aliran dalam filsafat idealisme?
c. Siapa sajakah tokoh filsafat idealisme dan bagaimana
pandangan mereka?
d. Dan apakah filsafat idealisme dalam pendidikan?
5. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah filsafat ilmu adalah memberikan kajian teori mengenai
filsafat idealisme agar pembaca mendapatkan tambahan wawasan.
6. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai bahan perkuliahan pada mata kuliah filsafat ilmu;
b. Sebagai bahan berupa materi yang bermanfaat untuk
menambah pengetahuan pembaca mengenai fisafat idealisme; dan
c. Dapat digunakan sebagai referensi dalam penulisan makalah
lain yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat Idealisme
Ide adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran;
gagasan; cita (Ali 2006:127). Idealisme adalah aliran filsafat yang
memandang bahwa mind (akal) dan nilai spiritual adalah hal yang fundamental
yang ada di dunia ini. Ia adalah suatu keseluruhan dari dunia itu sendiri.
Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedangkan materi sekunder.Ide
itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi.Segala sesuatu yang ada
ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau pikiran, karena ide atau
pikiran itu timbul lebih dahulu, baru kemudian sesuatu itu ada. Ada juga yang
mengatakan bahwa idealisme adalah
pemahaman yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian
dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di
luarnya. Idealisme merupakan kebalikan dari materialisme yang berpendapat bahwa
materilah yang lebih utama dan lebih dulu ada dibandingkan dengan ide.
Sebelum lebih jauh membahas mengenai idealisme dan
materialisme, terlebih dahulu kita harus mengetahuai dan memahami bahwa
idealisme dan materialisme dalam filsafat memiliki perbedaan makna dengan
idealisme dan materialisme dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
kita merujuk seseorang sebagai "idealis", kita biasanya berpikir
tentang seseorang yang memiliki ideal-ideal yang tinggi dan moralitas yang tak
bercacat. Seorang materialis, sebaliknya, dipandang sebagai seorang yang tidak
punya prinsip, seorang pengeruk uang, seorang individualis yang hanya
memikirkan diri sendiri, dengan nafsu serakah untuk makanan dan benda-benda
duniawi lain - pendeknya, seorang yang sama sekali tidak menyenangkan dan
mengutamakan materi di atas segalanya. Dalam filsafat, idealisme memiliki akar
dari pandangan bahwa dunia ini hanyalah cerminan dari ide, pikiran, roh atau
lebih tepatnya ide, yang hadir sebelum segala dunia ini hadir.Benda-benda
material kasar yang kita kenal melalui indera kita menurut aliran ini hanyalah
salinan yang kurang sempurna dari ide yang sempurna itu.
Aliran
idealisme merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pikiran manusia.Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran
yang murni dari Plato.Yang menyatakan bahwa alam cita itu adalah yang merupakan
kenyataan sebenarnya.Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa
bayangan saja dari alam idea itu.Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan
ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang
berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya
dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sama sekali.
Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh
semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.Selain itu, segenap kaum agama
sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia
sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang
mendalam.Puncak zaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode
Idealisme Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropa.Realitas muncul dari
apa yang ada dalam cara berfikir, yang berkaitan dengan isi dan struktur
pikiran. Istilah ini berasal dari ide daripada yang ideal dan lebih terkait
dengan metafisika dari etika, kontras dengan realisme dan juga dengan
materialisme.
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat
yang mengagungkan jiwa. Menurut Plato, cita adalah gambaran asli yang
semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita)
dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa
dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia ide. Aliran ini memandang
serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah ide. Ide sendiri selalu tetap atau
tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak
dikategorikan ide.
Keberadaan
ide tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat
dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari
dunia ide, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan ide
adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya
sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, ide
digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam
dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Plato
yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa
jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan
yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masing-masing
dalam masyarakat secara keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan
kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya
berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof,
perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling
atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan
serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan,
serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai
kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato
mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi
adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh
bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan
yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Kadangkala
dunia ide adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan
cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata.
Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang
lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai
materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya
hidup yang kreatif. Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam
dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak
yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini
seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang mati demikian
seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan
sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai
yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih
tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya,
aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea,
dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata
seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas
dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan
tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche,
sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti
yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih
berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia.
Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda
atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme
berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang
baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk
menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga
hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya
hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru. Maka
apabila kita menganalisa berbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme,
yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan
untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan
terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasan hanya bisa dicapai dan
dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut
dengan idea.
Memang
para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang
fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran. Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi
pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran
idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai
macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini
digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa
di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk
mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari
aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal
yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh
materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan
memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau
sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia
tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak
kelihatan (cosmos neotos).
Plato
dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea
bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan
pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata.
Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme
khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih
banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari
dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan
bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir.
Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat
tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya
yang pokok dan utama.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah sebagai
berikut:
1) Metafisika-idealisme.
Secara absolut kenyataan
yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu
adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah
yang lebih dapat berperan;
2) Humanologi-idealisme.
Jiwa dikarunai kemampuan
berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih;
3) Epistemologi-idealisme.
Pengetahuan yang benar
diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran
hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran
yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat
berpendapat; dan
4) Aksiologi-idealisme.
Kehidupan manusia diatur
oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan
atau metafisika.
2. Jenis Aliran Idealisme
Idealisme
mempunyai dua aliran, yaitu idealisme subjektif dan idealism objektif.
a. Idealisme
Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat
yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide
sendiri.Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang
timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan
ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat
hanyalah sebuah ide/ fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa, dan
persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek
pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi.Oleh
karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada
dalam akal yang mempersepsikannya.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang
uskup inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M), menurut Berkeley
segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materiil
yang riil dan ada secara obyektif.Sesuatu yang materiil misalkan jeruk,
dianggapnya hanya sebagai sensasi-sensasi atau kumpulan perasaan/ konsepsi
tertentu yaitu perasaan / konsepsi dari rasa jeruk, berat, bau, bentuk dan
sebagainya.Dengan demikian Berkeley dan Hume menyangkal adanya materi yang ada
secara obyektif, dan hanya mengakui adanya materi atau dunia yang riil didalam
fikirannya atau idenya sendiri saja.
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari filsafat ini adalah, kecenderungan untuk bersifat
egoistis “Aku-isme” yang hanya mengakui yang riil adalah dirinya sendiri yang
ada hanya “Aku”, segala sesuatu yang ada diluar selain “Aku” itu hanya sensasi
atau konsepsi-konsepsi dari “Aku”. Untuk berkelit dari tuduhan egoistis dan
mengedepankan “Aku-isme/solipisme” Berkeley menyatakan hanya Tuhan yang berada
tanpa tergantung pada sensasi.
Filsafat
Berkeley dan Hume ini adalah filsafat besar Inggris pada abad ke-18, yang merupakan
kekuatan reaksioner menentang materialisme klasik Perancis, sebagai manifestasi
dari kekuatiran atas revolusi di Inggris pada waktu itu.
Pada abad ke-19, Idealisme
subyektif mengambil bentuknya yang baru yang terkenal dengan nama
“Positivisme”, yang di kemukakan pertama kali oleh Aguste Comte (1798-1857 M),
menurutnya hanya “pengalaman”-lah yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya ,
selain dari pada itu tidak ada lagi kenyataan, dunia adalah hasil ciptaan dari
pengalaman, dan ilmu hanya bertugas untuk menguraikan pengalaman itu. Dan masih
banyak lagi pemikir-pemikir yang lainnya dalam filsafat ini, misalnya saja
William Jones (1842-1910 M) dan John Dewey (1859-1952), keduanya berasal dari
Amerika Serikat dan pencetus ide “pragmatisme”, menurut mereka Pragmatisme
adalah suatu filsafat yang menggunakan akibat-akibat praktis dari ide-ide atau
keyakinan-keyakinan sebagai suatu ukuran untuk menetapkan nilai dan kebenarannya.
Filsafat seperti ini sangat
menekankan pada pandangan individualistic, yang mengedepankan sesuatu yang
mempunyai keuntungan atau “cash-value”(nilai kontan)-lah yang dapat diterima
oleh akal si “Aku” tsb. Pragmatisme berkembang di Amerika dan adalah filsafat
yang mewakili kaum borjuasi besar di negeri yang katanya “the biggest of all”.Sebab
dari pandangan filsafat seperti ini Imperialisme, tindakan eksploitasi dan
penindasan dapat dibenarkan selama dapat mendapatkan keuntungan untuk si “Aku”.
Pandangan-pandangan
idealisme subyektif dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
tidak jarang kita temui perkataan-perkataan seperti ini:
1)
“Baik
buruknya keadaan masyarakat sekarang tergantung pada orang yang menerimanya,
ialah baik bagi mereka yang menganggapnya baik dan buruk bagi mereka yang
menganggapnya buruk.”
2)
“kekacauan
sekarang timbul karena orang yang duduk dipemerintahan tidak jujur, kalau
mereka diganti dengan orang-orang yang jujur maka keadaan akan menjadi baik.”
3)
“aku
bisa, kau harus bisa juga,” dsb.
b. Idealisme
Objektif
Idealisme
objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat
dalam susunan alam.
Menurut
idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil
dari ciptaan ide universil.Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya
mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia,
sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk
manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Filsuf idealis yang pertama kali
dikenal adalah Plato.Ia membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini
adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan bayangan
alias penampakan saja.Kedua, terdapat
alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang
abadi.Pandangan
dunia Plato ini mewakili kepentingan kelas yang berkuasa pada waktu itu di
Eropa yaitu kelas pemilik budak.Dan ini jelas nampak dalam ajarannya tentang
masyarakat “ideal”. Pada jaman feodal, filsafat idealisme obyektif ini
mengambil bentuk yang dikenal dengan nama Skolastisisme, system filsafat ini
memadukan unsur idealisme Aristoteles (384-322 S.M), yaitu bahwa dunia kita
merupakan suatu tingkatan hirarki dari seluruh system hirarki dunia semesta,
begitupun yang hirarki yang berada dalam masyarakat feodal merupakan kelanjutan
dari dunia ke-Tuhanan. Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini maupun
dalam alam semesta merupakan “penjelmaan” dari titah Tuhan atau perwujudan dari
ide Tuhan. Filsafat ini membela para bangsawan atau kaum feodal yang pada waktu
itu merupakan tuan tanah besar di Eropa dan kekuasaan gereja sebagai “wakil”
Tuhan didunia ini. Tokoh-tokoh yang terkenal dari aliran filsafat ini adalah:
Johannes Eriugena (833 M), Thomas Aquinas (1225-1274 M), Duns Scotus (1270-1308
M), dan sebagainya.
Kemudian
pada jaman modern sekitar abad ke-18 muncullah sebuah system filsafat idealisme
obyektif yang baru, yaitu system yang dikemukakan oleh George.W.F Hegel
(1770-1831 M). Menurut Hegel hakekat dari dunia ini adalah “ide absolut”, yang
berada secara absolut dan “obyektif” didalam segala sesuatu, dan tak terbatas
pada ruang dan waktu. “Ide absolut” ini, dalam prosesnya menampakkan dirinya
dalam wujud gejala alam, gejala masyarakat, dan gejala fikiran.Filsafat Hegel
ini mewakili kelas borjuis Jerman yang pada waktu itu baru tumbuh dan masih
lemah, kepentingan kelasnya menghendaki suatu perubahan social, menghendaki
dihapusnya hak-hak istimewa kaum bangsawan Junker.Hal ini tercermin dalam
pandangan dialektisnya yang beranggapan bahwa sesuatu itu senantiasa berkembang
dan berubah, tidak ada yang abadi atau mutlak, termasuk juga kekuasaan kaum
feodal.Akan tetapi karena kedudukan dan kekuatannya masih lemah itu membuat
mereka tidak berani terang-terangan melawan filsafat Skolatisisme dan ajaran
agama yang berkuasa ketika itu.
Pikiran
filsafat idealisme obyektif ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
dengan berbagai macam bentuk. Perwujudan paling umum antara lain adalah
formalisme dan doktriner-isme. Kaum doktriner dan formalis secara membuta
mempercayai dalil-dalil atau teori sebagai kekuatan yang maha kuasa , sebagai
obat manjur buat segala macam penyakit, sehingga dalam melakukan tugas-tugas
atau menyelesaikan persoalan-persoalan praktis mereka tidak bisa berfikir atau
bertindak secara hidup berdasarkan situasi dan syarat yang kongkrit.
3. Tokoh-tokoh Aliran Idealisme
a. J.G. Fichte
(1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof
Jerman.Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Filsafat menurut Fichte
haruslah dideduksi dari satu prinsip.Ini sudah mencukupi untuk memenuhi
tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan manusia.Prinsip yang
dimaksud ada di dalam etika.Bukan teori, melainkan prakteklah yang menjadi
pusat yang disekitarnya kehidupan diatur.Unsur esensial dalam pengalaman adalah
tindakan, bukan fakta.
Menurut
Fichte, dasar kepribadian adalah kemauan; bukan kemauan irasional seperti pada
Schopenhauer, melainkan kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa kebebasan
diperoleh hanya dengan melalui kepatuhan pada peraturan.Kehidupan moral adalah
kehidupan usaha. Manusia dihadapkan kepada rintangan-rintangan, dan manusia
digerakkan oleh rasa wajib bahwa ia berutang pada aturan moral umum yang
memungkinkannya mampu memilih yang baik. Idealisme etis Fichte diringkaskan
dalam pernyataan bahwa dunia aktual hanya dapat dipahami sebagai bahan dari
tugas-tugas kita.Oleh karena itu, filsafat bagi Fichte adalah filsafat hidup
yang terletak pada pemilihan antara moral idealisme dan moral
materialisme.Substansi materialisme menurut Fichte ialah naluri, kenikmatan tak
bertanggung jawab, bergantung pada keadaan, sedangkan idealisme ialah kehidupan
yang bergantung pada diri sendiri.
Menurut
pendapatnya subjek “menciptakan” objek.Kenyataan pertama ialah “saya yang
sedang berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis.Tetapi subjek
memerlukan objek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini
merupakan antitesis.Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut
sintesis. Segala sesuatu yang ada berasal dari tindak perbuatan sang Aku.
b. F.W.J. Shelling
(1775-1854 M)
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling
sudah mencapai kematangan sebagai filosof pada waktu ia masih amat muda. Pada tahun
1789, ketika usianya baru 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas
Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu berkembang.
Seperti
Fichte, Scelling mula-mula berusaha menggambarkan jalan dilalui intelek dalam
proses mengetahui, semacam epistemology. Fichte memandang alam semesta sebagai
lapangan tugas manusia dan sebagai basis kebebasan moral.Schelling membahas
realitas lebih objektif dan menyiapkan jalan bagi idealisme absolute Hegel.
Dalam pandangan Schelling, realitas adalah proses rasional evolusi dunia menuju
realisasinya berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir. Kita dapat mengetahui
dunia secara sempurna dengan caramelacak proses logis perubahan sifat dan
sejarah masa lalu. Tujuan proses itu adalah suatu keadaan kesadaran diri yang
sempurna. Schelling menyebut proses ini identitas
absolute, Hegel menyebutnya ideal.
Idealisme Schelling agak lebih
objektif, karena menurut dia bukan-aku (objek)
ini sungguh-sungguh ada.Objek ini bukan hanya pertentangan belaka, melainkan
mempunyai nilai yang positif. Bagi Schelling, yang menjadi dasar kesungguhan
dan berpikir itu ialah aku. Dunia ini
muncul daripada aku: dunia yang tak
terbatas itu sebenarnya tidak lain daripada produksi dan reproduksi dari
ciptaan aku.
Kemudian
diakuinya kesungguhan alam, malahan dinyatakan bahwa subjek yang berpikir (aku) itu muncul daripada alam. Tetapi
ini jangan dianggap sama sekali bertentangan dengan pendapatnya semula, sebab aku yang muncul dari alam itu ialah aku yang telah sadar. Alam itu merupakan
proses evolusi, yang mengeluarkan budi yang sadar serta lambat laun sadar akan
dirinya (aku) dalam alam yang tak
sadar.
Begitulah
ia meningkat lagi dalam pandangannya terhadap alam: budi dan dunia sama
derajatnya hanya berhadapan sebagai subjek dan objek. Sebetulnya samalah
keduanya, bertemu pada asal semula ialah Tuhan, identitas yang mutlak, juga
disebutnya indiferensi yang mutlak.Ia tidak cenderung ke sana, maupun ke sini.
Dari situ muncullah alam dalam bentuknya yang makin tinggi derajatnya: bahan,
gerak, hidup, susunan-dunia, manusia. Dalam pada itu budipun sadar akan dirinya
menjelmakan ilmu,moral, seni, sejarah, dan Negara.
c. G.W.F
Hegel (1798-1857 M)
Hegel
lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah
seorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak
terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah
latin, kemudian gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir!
Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan
kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun
ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah
menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru
besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor
Universitas Berlin (1830).
Tema
filsafat Hegel adalah Ide Mutlak.
Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik
berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik
akhir kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya disebut filsafat
idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah ide (jiwa).
Hegel
sangat mementingkan rasio, tentu saja karena ia seorang idealis. Yang dimaksud
olehnya bukan saja rasio pada manusia perseorangan, tetapi rasio pada subjek absolut karena Hegel juga
menerima prinsip idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan
suatu subjek. Dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi: “ Semua yang real
bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real.” Maksudnya, luasnya
rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran
(idea, menurut istilah Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan
lain, realitas seluruhnya adalah Roh yang
lambat laun menjadi sadar akan dirinya. Dengan mementingkan rasio, Hegel
sengaja beraksi terhadap kecenderungan intelektual ketika itu yang mencurigai
rasio sambil mengutamakan perasaan.
Pusat fisafat Hegel ialah
konsep Geist (roh,spirit), suatu
istilah yang diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami.Roh dalam
pandangan Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kekuatan yang objektif,
menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world
of spirit (dunia roh), yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus.Di
dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah
manusia.
Demi alam kembalilah idea atau
roh kepada diri sendiri.Dalam fase ini, mula-mula roh itu merupakan roh subjektif,
kemudian roh objektif, dan akhirnya roh mutlak.
Sebagai roh subjektif, roh itu mengenal
dirinya dan merupakan tiga tingkatan: antropologi, fenomologi, dan psikologi.
Dalam antropologi, kenallah roh itu akan dirinya dalam penjelmaan pada alam.
Dalam fenomenologi, kenallah ia akan dirinya dalam perbedaannya dengan alam.
Adapun pada psikologi, roh mengenal dirinya dalam kemerdekaan terhadap alam,
mula-mula teoritis, kemudian praktis dan akhirnya merdekalah roh itu.
Maka meningkatlah kepada roh
objektif.Roh objektif ini roh mutlak yang menjelma pada bentuk-bentuk
kemasyarakatan manusia, hak dan hukum kesusilaan dan kebajikan.Dalam hak dan
hukum terdapat penjelmaan roh merdeka itu pada hukum-hukum umum.Di samping itu
adalah kesusilaan yang merupakan kebatinan.Pada sintesis keduanya itu
terlahirlah kebajikan.
Sampailah
sekarang kepada roh mutlak.Roh mutlak itu ialah idea yang mengenal dirinya
dengan sempurna itu merupakan sintesis dari roh subjektif dan objektif.Tak ada
lagi, pertentangan antara subjek dan objek antara berpikir dan ada.Oleh karena roh mutlak ini
sebenarnya gerak juga, maka ia menunjukkan perkembangan juga: seni (tesis),
agama (antitesis) dan kemudian filsafat (sintesis). Seni itu memperlihatkan
idea dalam pandangan indera terhadap dunia, objeknya masih di luar
subjek.Adapun agama tidak lagi mempunyai subjek di luar objek, melainkan di
dalamnya.Tetapi segala pengertian dan gambaran agama itu dianggap ada. Filsafat
akhirnya merupakan sintesis dari seni dan agama,merupakan paduan yang lebih tinggi.
Di sinilah idea mengenal dirinya dengan sempurna.Dalam sejarah filsafat
ternyata benar gerak idea itu, yaitu tesis, antitesis, dan akhirnya sintesis.
Misalnya: Parmenides (tesis), Heraklitos (antitesis), dan Plato (sintesis).
Untuk menjelaskan filsafatnya,
Hegel menggunakan dialektika sebagai metode.Yang dimaksud oleh Hegel dengan
dialektika adalah mendamaikan, mengompromikan hal-hal yang berlawanan. Proses
dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi
antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis).Dalam
sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, ia
masih ada, tetapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini
berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis
baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan seterusnya.
Tesis adalah pernyataan atau
teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan, lalu antitesis adalah
pengungkapan gagasan yang bertentangan.Sedangkan sintetis adalah paduan
(campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang
selaras.Berikut
ini contoh tesis, antitesis, dan
sintesis.
1. Yang “ada” (being)
merupakan tesis kemudian berkontraksi dengan “tak ada” (not being) sebagai antitesis, kemudian menghasilkan menjadi (becoming) sebagai sintesis.
2. Dalam keluarga,suami-istri adalah dua makhluk
berlainan yang dapat berupa tesis dan antitesis. Anak dapat merupakan sintesis
yang mendamaikan tesis dan antitesis.
3.Mengenai
bentuk Negara. Tesis: Negara
diktator. Di Negara ini hidup kemasyarakatan diatur dengan baik, tetapi para warganya tidak mempunyai kebebasan apapun
juga. Antitesis: Negara anarki. Dalam Negara anarki para warganya mempunyai
kebebasan tanpa batas, tetapi hidup
kemasyarakatan menjadi kacau.Sintesis: Negara konstitusional. Sintesis ini
mendamaikan antara pemerintahan diktator dengan anarki menjadi demokrasi.
4. Filsafat Idealisme Dalam Pendidikan
Aliran
filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah
pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik
pendidikan.William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang
sangat berpengaruh di Amerika Serikat.Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika
kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan
Herman Harrell Horne (1874-1946).Herman Harrell Horne adalah filosof yang
mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New
York.
Belakangan,
muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam
pendidikan dengan efek khusus.Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E.
Hocking.Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang
logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba.Dua bukunya yang
mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy
of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori
pendidikan.
Idealismesangat concern tentang
keberadaan sekolah. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses
pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan
alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus
mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi
realitas spiritual.
Bagi
aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai
makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk
spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan
mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham
idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan,
mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Pola
pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme.Pengajaran
tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.Maka, tujuan pendidikan menurut
paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan
idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis
dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak
pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai
dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling
menyayangi.Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara
tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam
kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru
dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1)
guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang
spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai
teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik,
sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6)
Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
(7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah,
sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru
harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi
terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya
murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru
harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap
dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana
pun keadaannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari
uraian di atas kita dapat memetik kesimpulan sebagai berikut:
a. Idealisme
adalah aliran filsafat yang memandang bahwa mind (akal) dan nilai spiritual
adalah hal yang fundamental yang ada di dunia ini. Ia adalah suatu keseluruhan
dari dunia itu sendiri. Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya,
sedangkan materi sekunder.Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian
materi.Segala sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh
ide atau pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih dahulu, baru
kemudian sesuatu itu ada.
b. Idealisme mempunyai dua aliran, yaitu idealisme
subjektif yaitu filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide
manusia atau ide sendiri dan idealisme objektif yaitu idealisme yang bertitik
tolak pada ide di luar ide manusia.
c. Tokoh-tokoh aliran idealism antara lain J.G. Fichte
(1762-1814 M), F.W.J. Shelling
(1775-1854 M), G.W.F Hegel
(1798-1857 M), dan lain-lain.
d. Pola
pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat pada idealisme. Pengajaran
tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.Maka, tujuan pendidikan menurut
paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.